Alangkah indahnya kalau cinta ini disalurkan kepada cinta agama. Sholat terasa indah, puasa terasa nikmat, tahajud jadi penenang hati, zakat terasa indah. Persis kalau kita cinta kepada gadis/ pemuda pujaan hati, meski tampang pas-pasan (kalau gak ingin disebut jelek) karena cinta akan kelihatan cantik/ tampan. Meski rumahnya jauh, gunungpun kan kudaki lautpun kuseberangi untuk menemui sang pujaan hati.
Itulah cinta sanggup membuat orang berkorban, melahirkan energi, menambah keindahan dalam kehidupan.Namun di zaman sekarang orang sering salah jalan bagaimana memilih jodoh untuk membangun rumah tangga yang bahagia. Janga lupa, membangun rumah tangga bukan untuk kehidupan 1 atau 2 bulan, 1 atau 2 tahun, bahkan bukan cuma untuk kehidupan dunia! Namun untuk kehidupan akhirat juga. Oleh karena itu berhati-hatilah dalam memilih jodoh, diperlukan penelitian dan pengamatan yang mendalam.
Menurut agama nikahilah seseorang karena wajah, harta, nasab, dan agamanya (ada 4 kriteria memilih jodoh).
Yang pertama, pilihlah wajahnya yang cantik/ tampan (biar gak bosen di rumah, biar kita betah di rumah, ada tempat bernaung, tempat curhat berbagi rasa suka dan duka).
Namun ingat, jangan dijadikan proritas utama. Karena wajah yang cantik/ tampan akan berubah seiring bertambahnya umur berkurangnya usia.
Alhamdulillah kalau cantik rupa diringi cantik budi pekerti.
Yang kedua, carilah anak orang kaya. Namun ingat, jangan dijadikan patokan karena kekayaan bisa mendatangkan kesombongan! Tanpa harta memang orang sulit bahagia, namun harta bukanlah jaminan orang bisa hidup bahagia. Banyak orang miskin yang kaya, tapi tidak sedikit orang kaya yang miskin (maksudnya orang miskin kaya hati dan orang kaya yang kurang bersyukur). Lebih baik miskin harta kaya budi daripada kaya harta miskin budi. Lebih utama lagi kaya harta kaya budi.
Yang ketiga, faktor keturunan. Pepatah mengatakan buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Biasanya anak merupakan hasil fotokopian kelakuan orang tuanya. Kalau orang tuanya sholih insyAlloh anaknya pun ikut sholih. Namun demikian faktor keturunan bukanlah faktor dominan karena segala sesuatu sangat tergantung hidayah Alloh SWT. Bisa jadi orang tuanya maling anaknya jadi kyai/ ulama, bahkan anak nabi pun bisa ikut-ikutan orang kafir. Pada akhirnya orang mau besar atau tidak ditentukan kepribadian orang itu sendiri. Iman harus dicari, tidak bisa diwarisi dari ayah yang bertaqwa.Namun mudah-mudahan dari benih yang baik akan melahirkan keturunan yang baik pula. Amiin…
Yang terakhir, faktor agama. Inilah faktor yang harus dijadikan prioritas utama menentukan calon pendamping hidup. Disinilah segala sesuatunya ditentukan. Wajah tampan/ cantik, anaknya orang kaya, keturunan orang sholih, namun kalau dia sendiri agamanya rapuh maka ketiga kriteria sebelumnya hanya akan mendatangkan malapetaka.
Namun jangan harap ada 4 kriteria di atas terkumpul pada diri seseorang, manusia langka. Kadang ada orang ganteng, kaya, namun akhlaknya kurang baik (na’udzubillah kalau dia sudah berlainan akidah dengan kita/ nikah lintas agama). Ada juga orang tampang pas-pas an, gak begitu kaya buat makan aja susah, namun agamanya kuat. Bermacam-macam kondisi sesorang di dunia ini.
Mbak2ku...aa2ku…Sekali lagi diingatkan, carilah pendamping hidup yang sholih/ sholihah. Ingatlah, rumah tangga bukanlah permainan cinta semu asal suka layaknya anak muda pacaran saat ini. Namun rumah tangga yang bisa membawa kita kepada kebahagiaan hidup di dunia lebih-lebih kebahagiaan di akhirat.
Semoga kita semua dipertemukan dengan pendamping hidup yang kekal menemani kita di dunia, sampai kelak dipertemukan kembali di taman syurga firdaus Alloh ‘Azza wa Jallaa..Amiin ya robbal ‘alaminn….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar