Jakarta, Kominfo Newsroom -– Semua siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dilarang membeli notebook atau komputer lain selain hasil rakitan para siswa SMK, dan kewajiban itu akan diberlakukan di seluruh Indonesia.
''De ngan demikian diharapkan tumbuh lapangan pekerjaan baru, dan setiap siswa SMK bisa mencicilnya, misalnya sehari Rp 9.000,'' kata Direktur Pembinaan SMK, Kementrian Pendidikan Nasional RI, Joko Sutrisno, di Gedung E Jakarta, Rabu (10/3). Ia antara lain didampingi Koordinator Lapangan FP3MKI, Dr Marlock dan perwakilan dari Perum Pegadaian RI, Heri Margono.
Ia menjelaskan bahwa saat ini sudah ada kerja sama dengan Bank BNI dan Bank Mandiri, sehingga para orangtua siswa SMK bisa melakukan kredit notebook hasil rakitan anak-anak siswa SMK di setiap provinsi masing-masing, karena saat ini di setiap daerah sudah ada perakitan notebook.
Joko mengatakan, beberapa perusahaan komputer yang bermitra dengan Direktorat SMK Kemendiknas adalah Direct, Advan, Ienote, dan Lintop. Namun yang saat ini banyak memandu siswa SMK adalah perusahaan Advan.
''Mereka melakukan transfer teknologi kepada para siswa SMK secara total, termasuk dalam mengurai komponen, sehingga para siswa bisa lebih memahami,'' katanya.
Dikemukakan juga bahwa harga lap top merk Advan jauh lebih murah. Pihaknya juga berkeinginan untuk mendorong perusahaan Advan lebih maju lagi, dan ia menargetkan setiap siswa SMK akan memiliki satu note book Advan dengan sistem kredit.
Joko menambahkan, di setiap bengkel yang ada di SMK, seorang siswa SMK dalam satu jam bisa menghasilkan lima lap top. ''Tahun 2009 lalu siswa-siswa SMK bisa merakit 15.000 note book, dan kualitasnya cukup bagus. Sekarang harga notebook SMK Rp 2,4 juta, turun dari harga sebelumnya yang Rp 2,9 juta,'' katanya.
Menurutnya, apabila rencananya setiap siswa SMK memiliki satu lap top, maka paling tidak harus diproduksi sebanyak 3,6 juta note book, sesuai dengan jumlah siswa SMK saat ini, dan menurutnya, sangat tidak mungkin hanya dikerjakan oleh siswa SMK, sehingga diperlukan bantuan dari para lulusan SMK.
''Apabila ini bisa berjalan, maka akan menumbuhkan lapangan pekerjaan yang cukup luas, karena akan ada yang mengerjakan perakitan, instal softwarenya, maintenance, dan itu jelas membutuhkan banyak pekerja,'' katanya.
Pelati han pengusaha
Semen tara itu di tempat sama, perwakilan dari Perum Pegadaian Ri, Heru Margono, mengatakan, pihaknya membuka pendaftaran bagi lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan SMK yang masih belum memperoleh pekerjaan atau belum memiliki usaha untuk didik menjadi pengusaha.
''Silakan para lulusan IPB dan SMK dari jurusan apapun mengirim surat ke FP3MKI@yahoo.com atau heri@pacific.net.id, paling lambat tanggal 19 Maret 2010, batas usia 19-22 tahun dan berdomisili di Jabodetabek,'' katanya.
Ia menjelaskan, pihaknya akan melakukan seleksi administrasi, psikotes dan interview dan akan memilih 49 orang lulusan SMK dan 60 lulusan IPB untuk dididik menjadi pengusaha. Jadi jumlahnya sebanyak 109 orang.
Perum Pegadaian, katanya, akan memilih 12 lulusan SMK terbaik, dan memberikannya modal usaha sebesar Rp 200 juta. ''Mereka akan kami pantau selama satu tahun, dan program itu diharapkan akan terus berlanjut dan berkembang,'' kata Heru.
Sedangkan terhadap 37 orang lulusan SMK lainnya, katanya, Perum Pegadaian akan memberikan pinjaman modal usaha dengan jaminan ijasah.
''Mengapa kami menjaring 109 calon pengusaha? Karena pada tangal 1 April tahun 2010 ini Perum Pegadaian berusia 109 tahun,'' katanya.
Sementara itu Korlap FP3MKI, Dr Marlock, mengatakan bahwa Direktorat Pembinaan SMK Kemendiknas sudah berhasil merangkul dunia usaha dan dunia industri sehingga tertarik untuk memanfaatkan tenaga lulusan SMK.
''Ini bukti bahwa Direktorat SMK berhasil merangkul semua lini untuk bersama-sama membantu program nasional dalam mengurangi pengangguran usia produktif,'' katanya. (T.Ad/ysoel)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar